Seringkali orang awam kebingungan tidak faham ketika dikatakan amalan-amalan atau acara-acara yang dilakukannya dikatakan bid’ah. Mereka pun berkata ; Bukankah amalan ini baik ❓Ketahuilah, baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah dan ta’ala berfirman ;وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ“. . Tetapi boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh Jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui”. Al Baqarah, 216.Coba kita perhatikan riwayat-riwayat berikut Suatu ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mendengar berita tentang pernyata’an tiga orang. Yang pertama berkata “Saya akan shalat tahajjud dan tidak akan tidur malam”, yang kedua berkata ”Saya akan puasa dan tidak akan berbuka”, yang terakhir berkata “Saya tidak akan menikah”. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menegur mereka, seraya berkata “Apa urusan mereka dengan berkata seperti itu ?, Padahal saya puasa dan saya pun berbuka, saya shalat dan saya pun tidur, dan saya menikahi wanita. Barang siapa yang membenci sunnahku maka bukanlah golonganku”. Muttafaqun alaihi. • – Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mencela seseorang yang hendak shalat tahajjud dan tidak akan tidur malam. • * Kenapa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mencelanya, bukankah tujuan orang tersebut baik, hendak memperbanyak ibadah ❓ • – Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mencela seseorang yang akan puasa dan tidak akan berbuka. • * Kenapa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mencelanya, bukankah tujuan orang tersebut baik, hendak memperbanyak ibadah ❓ • – Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mencela seseorang yang tidak akan menikah, karena hendak taqorrub kepada Allah. • * Kenapa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mencelanya, bukankah tujuan orang tersebut baik, hendak taqorrub kepada Allah ❓2- Al-Baroo’ bin Aazib berkata قَالَ لِي رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوْءَكَ لِلصَّلاَةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شَقِّكَ الأَيْمَنِ وَقُلْ “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata kepadaku Jika engkau mendatangi tempat tidurmu maka berwudhulah sebagaimana berwudhu untuk sholat, lalu berbaringlah di atas bagian tubuhmu yang kanan, lalu katakanlah اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَهْبَةً وَرَغْبَةً إِلَيْكَ لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إْلاَّ إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتُ“Yaa Allah aku menyerahkan jiwaku kepadaMu, dan aku pasrahkan urusanku kepadaMu, dan aku sandarkan punggungku kepadaMu, dengan kekhawatiran dan harapan kepadaMu. Tidak ada tempat bersandar dan keselamatan dariMu kecuali kepadaMu. Aku beriman kepada kitabMu yang Engkau turunkan dan beriman kepada Nabimu yang Engkau utus”Nabi berkata فَإِنْ مِتَّ مِتَّ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَقُوْلُ“Jika engkau meninggal maka engkau meninggal di atas fitroh, dan jadikanlah doa ini adalah kalimat terakhir yang engkau ucapkan sebelum tidur”Al-Baroo’ bin Aazib berkata فَقُلْتُ أَسْتَذْكِرُهُنَّ وَبِرَسُوْلِكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ قَالَ لاَ، وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ“Lalu aku mencoba untuk mengingatnya dan aku berkata “Dan aku beriman kepada RasulMu yang Engkau utus”Nabi berkata “Tidak, akan tetapi Dan aku beriman kepada NabiMu yang Engkau utus”. HR Al-Bukhari no 6311. • * Kenapa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menyalahkan perkata’an Al-Baroo’ bin Aazib yang berkata “Dan aku beriman kepada RasulMu yang Engkau utus”. Bukankah perkata’an “RasulMu” itu baik ? ~~~~~~~ Perhatikan juga atsar para Sahabat berikut Sa’id bin Musayyib tabi’in, Ia melihat seorang laki-laki menunaikan shalat setelah fajar lebih dari dua raka’at, ia memanjangkan rukuk dan sujudnya. Akhirnya Sa’id bin Musayyib pun melarangnya. Orang itu berkata “Wahai Abu Muhammad, apakah Allah akan menyiksaku dengan sebab shalat ? Beliau menjawab “Tidak, tetapi Allah akan menyiksamu karena menyelisihi As-Sunnah.” Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Sunanul Kubra, II/466.* Kenapa Sa’id bin Musayyib melarang seorang laki-laki yang menunaikan shalat setelah fajar lebih dari dua raka’at, ia memanjangkan rukuk dan sujudnya, Bukankah Shalat itu adalah amalan yang paling utama ❓2. Shahabat yang mulia Ibnu Umar radhiyallaahu anhuma, menceritakan, Bahwasannya ada seorang laki-laki yang bersin kemudian dia berkata, “Alhamdulillah wassalaamu alaa Rasuulillaah” segala puji bagi Allah dan kesejahtera’an bagi Rasulullah. Maka Ibnu Umar radhiyallaahu anhuma berkata Aku juga mengatakan, “Alhamdulillah was-salaamu alaa Rasuulillah” maksudnya juga bershalawat. Akan tetapi tidak demikian Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam mengajari kami. Beliau shallallaahu alaihi wa sallam mengajari kami untuk mengucapkan ketika bersin “Alhamdulillah alaa kulli haal.” Diriwayatkan olehAt-Tirmidzi, no. 2738.* Kenapa Ibnu Umar radhiyallaahu anhuma mengajarkan kepada seorang laki-laki yang bersin, bahwa Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam mengajari, kalau bersin untuk mengucapkan “Alhamdulillah alaa kulli haal”. Bukankah ucapan “Alhamdulillah wassalaamu alaa Rasuulillaah” yang diucapkan seorang laki-laki itupun baik ❓3- Abu Musa Al-As’ari Radhiyallahu anhu, diriwayatkan memasuki masjid Kufah, lalu didapatinya di masjid tersebut terdapat sejumlah orang membentuk halaqah-halaqah duduk berkeliling. Pada setiap halaqah terdapat seorang syaikh, dan didepan mereka ada tumpukan kerikil, lalu syaikh tersebut menyuruh mereka, “Bertasbihlah seratus kali !” Lalu mereka pun bertasbih menghitung dengan kerikil tersebut. Lalu syaikh itu berkata lagi, “Bertahmidlah seratus kali” Dan demikianlah seterusnya . . Maka Abu Musa Radhiyallahu anhu mengingkari hal itu dalam hatinya, tapi ia tidak mengingkari dengan lisannya. Hanya saja ia bersegera pergi dengan berlari kecil menuju rumah Abdullah bin Mas’ud, lalu iapun mengucapkan salam kepada Abdullah bin Mas’ud, dan Abdullah bin mas’ud pun membalas salamnya. Berkatalah Abu Musa kepada Ibnu Mas’ud , “Wahai Abu Abdurrahman, sungguh baru saja saya memasuki masjid, lalu aku melihat sesuatu yang aku mengingkarinya, demi Allah tidaklah saya melihat melainkan kebaikan”. Lalu Abu Musa menceritakan keada’an halaqah dzikir tersebut. Maka berkatalah Ibnu Mas’ud kepada Abu Musa “Apakah engkau memerintahkan mereka untuk menghitung kejelekan-kejelekan mereka ❓ Dan engkau memberi jaminan mereka bahwa kebaikan-kebaikan mereka tidak akan hilang sedikitpun ❓” Abu Musa pun menjawab, “Aku tidak memerintahkan apapun kepada mereka”. Berkatalah Ibnu Mas’ud, Mari kita pergi menuju mereka. Lalu Ibnu Mas’ud mengucapkan salam kepada mereka. Dan mereka membalas salamnya. Berkatalah Ibnu Mas’ud “Perbuatan apa yang aku lihat kalian melakukannya ini wahai Umat Muhammad ?” Mereka menjawab, “Wahai Abu Abdurrahman, ini adalah kerikil yang digunakan untuk menghitung tasbih, tahmid, dan tahlil, dan takbir”. Maka berkatalah Ibnu Mas’ud “Alangkah cepatnya kalian binasa wahai Umat Muhammad, padahal para sahabat masih banyak yang hidup, dan ini pakaiannya belum rusak sama sekali, dan ini bejananya belum pecah, ataukah kalian ingin berada diatas agama yang lebih mendapat petunjuk dari agama Muhammad ? Ataukah kalian telah membuka pintu kesesatan ?”, Mereka pun menjawab, “Wahai Abu Abdurrahman, demi Allah tidaklah kami menginginkan melainkan kebaikan”. Abu Mas’ud pun berkata “Berapa banyak orang yang menginginkan kebaikan tidak mendapatkannya”. Berkata Amru bin Salamah, “Sungguh aku telah melihat umumnya mereka yang mengadakan majelis dzikir itu memerangi kita pada hari perang An-Nahrawan bersama kaum Khawarij”. Riwayat Darimi dengan sanad shahih.* Mengapa Ibnu Mas’ud menegur orang-orang yang sedang berdzikir, Bukankah dzikir itu baik ? Kalau kita perhatikan riwayat-riwayat diatas, • * Kenapa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mencela orang yang hendak memperbanyak ibadah, bukankah ibadah itu baik ❓ • * Kenapa para Sahabat mencela dan mengingkari orang yang sedang beribadah, bukankah ibadah itu baik ❓ • Apa yang dicela dan diingkari oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga para Sahabat, tujuan mereka melakukannya adalah untuk memperbanyak ibadah. Maksud mereka tentu saja mengapa mereka dicela ❓Tidak lain, karena apa yang mereka lakukan tidak dibenarkan oleh syari’at. Apa yang mereka lakukan tidak ada perintah dari Allah dan Rasul-Nya. Yang mereka lakukan adalah perkara yang dibuat-buat. Perkara yang baru bid’ah dalam urusan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga para Sahabat tidak faham kalau bid’ah ada yang baik ?Apakah ahli bid’ah yang mengatakan ada bid’ah hasanah lebih faham Islam daripada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para Sahabat ❓ الله المستعانSumberAgus Santosa Somantri
Ya Allah, berikanlah kepada Kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat dan lindungilah Kami dari siksa neraka." (Qs. Al-Baqarah 201) Saudaraku.. Apa yang kau inginkan belumlah tentu bahwa itu yang terbaik.. Maka mintalah selalu yang terbaik dari sisi Allah.. Karena Allah Ta'ala berfirman :
KALIMAT di atas bukan kalimat syair dari pujangga, ataupun kata-kata mutiara dari ahli bahasa, melainkan penggalan dari firman Allah SWT yang tertera dalam QS. Al Baqoroh/2216. Ayat itu mengajarkan kepada kita semua, bahwa apa yang kita anggap suatu kebaikan belum tentu di mata Allah juga kebaikan, dan sebaliknya suatu yang tidak kita senangi, namun itu justru baik untuk kita. Ayat itu ditutup dengan kalimat indah sebagai kesimpulannya, yakni “Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. Indra manusia sangat terbatas, matanya tidak bisa melihat barang yang sangat jauh atau yang terhalang tembok, telinganya tidak bisa mendengar sumber suara yang jauh atau yang frekuensinya tidak sama suara kita. Baca Juga Kalah Jadi Bandar Judi, Dennis Lim Ungkap Alasannya Tinggalkan Profesi Bos Kasino di Thailand, Awalnya... Begitu juga akal kita, tidak akan tahu kejadian di masa yang akan datang. Sementara Allah adalah zat yang maha sempurna yang tidak dibatasi dengan halangan apa pun. Indahnya, Allah juga maha baik, karena itu menginginkan yang terbaik bagi hamba-Nya. Masalahnya, seringkali seorang hamba terjebak frustasi ketika kegagalan demi kegagalan dialaminya, sementara ia tidak mampu melihat hikmah dari rangkaian kegagalan itu. Bahkan yang ada merasa bahwa Allah telah “menzalimi” dirinya, padahal sejatinya, Allah tidak akan menguji hamba-Nya di luar kesanggupan hamba itu sendiri QS. Al Baqoroh 286. Memang ketika seseorang ingin meraih sesuatu dan telah diperjuangkan semaksimal mungkin dengan berbagai upaya namun pada akhirnya gagal diperoleh, ia akan sangat kecewa. Baca Juga Berapa Hari Sebaiknya Puasa Rajab? Simak Jadwal, Niat dan Tata Caranya Melaksanakannya Hal ini dikarenakan “sesuatu” yang dikejarnya itu dianggap hal yang sangat penting dalam kehidupannya, yang apabila gagal, maka gagal pula mendapatkan berbagai kebaikannya. Untuk inilah Penulis memahami betul makna kegagalan dan frustasi ketika sebuah cita-cita akhirnya tidak berbuah manis dan terkubur bersama mimpi indah yang tidak menjadi kenyataan. Mimpi menjadi pilot pernah dialami penulis. Membayangkan seseorang yang piawai menerbangkan pesawat, anggun berpakaian putih bersih dan berjalan tegap serta bergaji besar pernah menjadi cita-cita penulis. Tidak sekedar cita-cita kosong, namun ihtiar dan kesungguhan telah dilalui. Awalnya setelah lulus SMA dan orang tua tidak mampu menguliahkan, kami mencoba peruntungan dengan pergi ke Jakarta dan mendaftar pada sekolah penerbangan pemerintah yang biayanya tentu saja gratis.Search Makalah Tentang Covid 19 Terhadap Pendidikan. Lingkungan, di Indonesia sering juga disebut "lingkungan hidup" Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan Materi rakor didasari pada kebijakan-kebijakan yang digulirkan oleh Kemdikbud terkait dengan Pelaksanaan pendidikan di era pandemi covid-19 melalui: SE Kepemendikbud No Berkat rahmat dan karunia-nya pula, penulis Sebagai hamba allah,kita sering meminta Sesuatu kepada allah swt,yang mana sesuatu tersebut kadang belum tentu baik buat kehidupan kita,sehingga dia tidak mengabulkannya,sikap kita sebagai orang yang beriman sebaiknya? Jawabanmenerima nya dan sabar untuk menunggu dikabulkan nya permintaan itu Seringsekali kita meminta kepada Allah dengan sangat meneggebu-gebu, bahkan saking seringnya kita tidak tahu caranya berterimakasih dengan syukur bila yang diberikan Allah tidak sesuai dengan harap. Padahal apapun yang kita minta pada-Nya belum tentu baik untuk kita, tetapi apapun yang Allah beeri pasti yang terbaik untuk kita. Dalam meraih keridoan Allah, kita sebagai makhluk ciptaan-Nya ingin selalu menempuh cara yang diridhai oleh Allah SWT. Salah satunya adalah usaha dalam mencari pendamping hidup di dunia ini. Tentu saja usaha tersebut menghindari perbuatan zina yang sangat dibenci oleh Allah. Yang kita kenal dengan islam, Taaruf merupakan usaha yang dianjurkan dalam mencari pendamping hidup tanpa menggunakan cara zina seperti pacaran yang saat ini tengah menjadi trend di kalangan remaja. Namun sebagaimana usaha lainnya terkadang usaha Taaruf tidak selalu berujung pada pernikahan. Faktanya terjadi di lapangan, hanya sekitar 20% pasangan yang melanjutkan prosesnya hingga besar prosesnya tidak berlanjut, entah itu karena pria yang ditolak, wanita yang ditolak, atau karena penolakan orang tua. Dan bagaimana cara menolak taaruf yang dirasa tidak menemukan kecocokan secara sopan dan tiga hal yang bisa Anda jadikan sebagai masukan sebelum mengajukan penolakan ta’aruf. Berikut Anda dapat menolak jika Anda merasa tidak pantasPasangan Anda akan menjadi orang yang Tuhan inginkan untuk bersama Anda seumur hidup, jadi Anda perlu menemukan orang yang tepat dengan siapa Anda dapat hidup dengan nyaman. Faktor agama dan akhlak yang baik pasti menjadi kriteria utama selain pertimbangan agama, entah itu pertimbangan fisik, usia, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, atau pertimbangan duniawi lainnya, tidak salah jika Anda menetapkan standar tambahan. Mengesampingkan pertimbangan agama dan mengutamakan faktor sekuler tentu bukanlah sikap yang baik. Di sisi lain, juga merupakan sikap yang tidak tepat untuk hanya fokus pada sisi agama dan bukan pada sisi ekstrimnya adalah Anda, seorang wanita, menerima ajakan ta’aruf dari dua orang, baik yang agamis maupun yang berkelakuan baik, yang satu bergelar sarjana pendidikan dan satunya lagi tidak tamat TK, berapa angka presentase yang ada dipikiran? Mana yang akan kamu pilih? Atau kamu seorang laki-laki yang menerima tawaran Taruf dari seorang wanita beragama yang baik, tetapi dia adalah nenek berusia 70 tahun, apakah kamu ingin menjadi suaminya? Mungkin bagi Anda tidak masalah, tapi apakah bisa diterima oleh keluarga Anda?Jadi, selain kriteria agama menjadi prioritas utama, faktor sekuler tidak bisa dikesampingkan saat memilih calon dan beberapa sahabatnya pun pernah mengalami penolakan atau menolak jika dirasa tidak cocok. Pada suatu waktu, Rasul pernah menyarankan sahabatnya yang hendak menikah untuk melakukan Nadzhor melihat calon pasangan sebelum melamar dengan tujuan menemukan hal-hal yang menarik hati hingga perasaan untuk menikahi calonnya semakin menguat.Oleh karena itulah, ketika dirasa tidak memiliki kecocokan, Anda dapat menolak untuk melanjutkan proses Alasan tidak perlu dikemukakanUntuk menghindari kerugian bagi pihak yang ditolak, alasan penolakan tidak boleh disebutkan. Dari pengalaman mendampingi ta’aruf, kebanyakan penolakan disebabkan oleh sisi duniawi seseorang, sehingga akan menyakitkan jika menolak menjelaskan alasan penolakan meliputi fitur wajah yang tidak pantas, perawakan pendek, kelebihan berat badan, usia jauh, pendidikan yang tidak setara, pekerjaan yang tidak mencukupi, status perkawinan sebelumnya janda/janda, dll. Seperti yang dapat Anda bayangkan, jika alasan ini dikomunikasikan, tentu saja, kerugiannya atau mudharatnya lebih besar daripada juga bisa menjadi rapuhbahkan hancur karena pihak yang ditolak tidak siap menerima alasan penolakan yang diajukan. Jadi, ketika Anda menolak ta’aruf, sampaikan saja poinnya bahwa Anda tidak ingin melanjutkan proses ta’aruf, apapun alasannya, tidak perlu Menyusun dan Memilih Kalimat Penolakan dengan baikPenolakan ta’aruf harus diungkapkan dengan kalimat yang singkat, padat, jelas, dengan maksud tidak ingin melanjutkan proses ta’aruf. Tidak perlu memuji orang yang ditolak, misalnya “Mas adalah orang yang saleh, Tuhan tidak mau, mas akan mendapatkan pasangan masa depan yang saleh.”, atau “Kamu orang yang saleh, Insya Allah, kamu akan mendapatkan pasangan yang lebih baik. Baik dari saya”.Hindari kalimat seperti ini, karena justru akan membuat orang yang ditolak emosional dan sulit untuk berpaling dari Anda. Agar proses taaruf lebih terjaga, pengajuan ta’aruf dan penolakan ta’aruf harus disampaikan melalui pihak ketiga atau perantara, tidak secara ketiga ini bisa dipilih dari kerabat, teman dekat atau mitra terpercaya lainnya. Alhamdulilah rasa malu melamar Taaruf atau kekecewaan menerima penolakan Taaruf diminimalkan karena difasilitasi melalui perantara pihak satu contoh rangkaian kata dalam menolak adalah, Perantara taaruf bisa menyampaikan penolakan taaruf dengan kalimat seperti ini “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, setelah istikharah dan mempertimbangkan selama satu pekan ini, pihak laki-laki/pihak perempuan menyampaikan permintaan maafnya karena tidak bisa melanjutkan proses taaruf. Insya Allah ini yang terbaik menurut Allah SWT.”Yang terbaik menurut kita, belum tentu baik menurut Allah Aza wa Ja’ala. Jadi tak perlu memaksa harus berjodoh dengan orang, karena Allah-lah yang lebih tau jodoh yang terbaik buat Anda. Insya Allah apabila memang berjodoh, proses taaruf akan dijalani dengan lancar sepanjang proses sampai ke jenjang pernikahan. Wallahu a’alam. Al_fatehaMalaikat Muqorrobiin 3 Cara Mengisi Tasbih Dengan Khodam Macan Putih, Praktis Tanpa Repot! - Sejauh ini ilmu khodam yang paling legendaris dan sangat diminati adalah Ilmu Khodam Macan Putih Insya Allah sihir seberat apapun akan sembuh dan tawar dengan ijin-Nya Doa Ajian Macan Siliwangi dan Laku Tirakat Untuk Mendapatkan Khodam - Ajian Macan Putih Prabu Siliwangi sangat dikenal